Bacaan di 2013

Di tahun ini, saya tidak memiliki resolusi untuk membaca buku melebihi jumlah dari tahun 2013 kemarin. Ya, memang beberapa tahun belakangan ini waktu untuk membaca berkurang. Itu pun yang dibaca buku kuliahan, kala itu. Menurut saya, dengan hadirnya smartphone membuat kuantitas dan kualitas membaca saya melalu buku berkurang.

Nah, tahun 2014 ini saya sengaja tidak membuat resolusi mengenai kuantitas saya membaca. Tetapi setidaknya, ya ada-lah buku yang saya baca di tahun ini. 🙂

Seperti di tahun kemarin, saya ingin membiasakan untuk membuat resensi dari buku yang saya baca di sepanjang tahun. Resensi ini sengaja saya post di akhir tahun.

1. Ronggeng Dukuh Paruk

Ronggeng Dukuh Paruk

 Saya membaca buku ini berkat pinjaman dari teman saya, Didik Sugiartono. Sebelum membaca buku ini, saya lebih dulu menonton filmnya. Film tersebut berjudul berbeda dengan judul bukunya, yakni Sang Penari. Lagi-lagi, jangan membandingkan buku/novel dengan film meskipun ceritanya sama.

Buku ini merupakan penyatuan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Jadi, saya membaca tiga buku sekaligus dalam bentuk sebuah buku. Cerita dari buku ini mengambil setting sekitar tahun 1965-an, di sebuah tempat bernama Dukuh Paruk. Ronggeng merupakan lambang jati diri di dukuh tersebut. Dari buku/novel tersebut tergambar bahwa pola pikir dan budaya masyarakat sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan tingkat pendidikan. Muatan gender juga terlihat dimana seorang ronggeng (perempuan) kerap kali dianggap sebagai objek seksual bagi laki-laki (laki-laki yang beristri dan laki-laki yang memiliki kedudukan penting), ironisnya bahwa perempuan lain (istri) merasa bangga dengan keadaan ini.

Cerita tentang kesenian rakyat yang terbawa dengan arus politik di masa itu, yang mengakibatkan para rakyatnya dituduh sebagai “musuh negara”.

2. Catatan Harian Anne Frank

Catatan Harian Anne Frank

Akhirnya saya mencari dan membaca buku ini, setelah menonton film Freedom Writers. Buku ini lebih terlihat seperti buku diary, dan ya memang benar! Ini merupakan buku diary-nya si Anne Frank. Ia mulai menulis buku diary-nya setelah ulang tahun ke-13 dan mengakhiri tulisannya pada usia 15. Saya lebih suka menyebutnya diary dibandingkan buku. 🙂

Anne Frank adalah anak perempuan berkebangsaan Belanda keturunan Yahudi, melalui diary ini, ia mencurahkan seluruh isi hatinya, Mulai dari pertemanan, persahabatan, kegemaran, prestasi, keluarga, percintaan, negaranya, dan keadaan di sekitar. Yang menarik dari curhatan Anne Frank yakni tentang masa pelarian dan persembunyian keluarganya bersama dengan Keluarga van Peels/van Daan, dan Albert Dussel , di Secret Annex. Mereka bersembunyi lantaran Nazi Jerman mulai menginvasi Belanda dan menyingkirkan orang keturunan Yahudi.

3. Kekerasan Budaya Pasca 1965

Kekerasan Budaya Pasca 1965

Lagi-lagi saya selalu tertarik dengan pembahasan mengenai apa yang terjadi di Indonesia pada sekitaran tahun 1965, dan dampaknya untuk saat ini. Seperti bacaan saya yang lain, buku ini saya pinjam dari Mas Danu Saputra, padahal pemiliknya saja pada saat itu belum membaca bukunya, hehehe.

Buku ini menceritakan sesuatu yang entah mengapa menjadi momok mengerikan bagi bangsa ini, yakni komunisme dan sesuatu hal yang ke-kiri-kiri-an. Penulis mencoba mengurai sejarah kelam Indonesia: mengapa dapat terjadi pembunuhan terhadap jutaan manusia di Indonesia yang menganut paham komunisme/tertuduh komunis pada tahun 1965-1966, dan mengapa sampai saat ini seolah masyarakat Indonesia membenarkan terjadinya peristiwa pembunuhan massal tersebut — lalu berusaha melupakan sejarah kelam itu.

Dasar pemikiran sang penulis dalam buku ini bahwa kekerasan fisik bisa mendapatkan pembenaran selama ada kekerasan budaya yang mengikutinya. Sebuah buku dengan basis teori rigid dan data yang kaya dan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Apalagi buku ini sebelumnya merupakan disertasi doktoral dari sang penulis.

4. Kanuku Leon

Kanukuleon

Buku ini saya dapat dari penulisnya langsung, karena sebelumnya saya sudah berjumpa dan kenal dengan penulisnya. Ini merupakan kumpulan cerita pendek yang banyak mengambil setting di Nusa Tenggara Timur (NTT). Mungkin karena sang penulis ingin banyak bercerita mengenai daerah asalnya. Cerita-cetita yang ditawarkan oleh buku ini menarik, apalagi banyak disisipi istilah dari bahasa NTT sehingga kita dapat belajar budayanya.

Selain menawarkan cerita yang menarik, penulis juga mengajak pembeli untuk membantu melek huruf di Tanah Timor. Karena jika kita membeli buku ini, berarti kita telah menyumbang untuk kemelekanhuruf di Tanah Timor.

5. The Geography of Bliss

The Geography of Bliss

Sepertinya Mas Danu Saputra adalah perpustakaan buat saya, karena lagi-lagi buku ini saya pinjam darinya. Berawal dari kegemaran saya travelling, saya mencoba untuk membaca buku yang berkaitan dengan perjalanan. Dan ternyata dalam satu buku ini, saya diajak untuk berkunjung ke beberapa negara (Belanda, Swiss, Buthan, Qatar, Islandia, Moldova, Thailand, Britania Raya, India dan Amerika) untuk mencari arti bahagia dari masing-masing negara tersebut.

Mungkin karena ini buku terjemahan, ada baiknya untuk membaca juga dari bahasa aslinya. :p

6. Multatuli: Max Havelaar (Kisah Saijah – Adinda)

Multatuli

Saya meminjam buku ini dari perpustakaan mini kontrakan saya di Yogyakarta. Sebelumnya saya menonton film dengan judul yang sama di youtube, sehingga membuat saya penasaran dengan bukunya. Dari sekian buku yang saya baca, buku inilah yang membuat saya berulang kali dan penuh konsektrasi untuk membaca dan memahami maknanya, karena bahasa yang digunakan cukup sulit untuk dicerna.

Konon katanya, buku ini menjadi bacaan wajib untuk anak sekolah di eropa. Melalui buku yang ditulis oleh Multatuli (Douwes Dekker) dengan judul Max Havelaar inilah yang membuka mata Eropa tahun 1860 mengenai buruknya sistem kolonial dan kemiskinan di Banten. Multatuli menceritakan penderitaan rakyat Banten, ditambah dengan tingkah polah Adipati Lebak dan Demang Parangkujang yang tidak beda dengan para penjajah Belanda.

Buku ini sangat menarik, apalagi dengan kisah yang sampai saat ini masih dapat kita lihat dan rasakan dampaknya bagi Banten, khususnya Lebak.

7. Based on a True Story 01: Pure Saturday

Based on a True Story 01 Pure Saturday

Terima kasih Mas Danu Saputra atas hadiahnya. Kali ini saya tidak meminjam buku, melainkan milik sendiri. Hadiah lebih tepatnya. Saya merupakan penikmat karya dari Pure Saturday, dan buku ini merupakan karya yang luar biasa.

Dokumentasi mengenai perjalanan sebuah band di Indonesia (Pure Saturday). Dari sini dapat dirasakan bagaimana band tersebut mentransformasi sebuah musik menjadi pengalaman dalam hidup yang esensial. Grup musik asal Bandung di awal tahun 1990an ini dianggap menjadi anomali di zamannya. Buku ini ditulis dengan narasi yang ekspositorik dari sudut pandang orang ketiga.

Persahabatan adalah kata kunci pembuka gerbang Pure Saturday meniti karir bermusiknya dari belum pernah terdengar sama sekali hingga terdengar dimana-mana seperti sekarang.

8. Entrok

Entrok  Buku ini saya beli ketika sedang ada diskon akhir tahun dari Gramedia. Ketidaksengajaan saya membeli buku ini membuat saya akhirnya tertarik dengan isinya.

“Untuk mereka yang menyimpan Tuhan masing-masing dalam hatinya” merupakan kalimat pembuka dari sang penulis. Menceritakan sosok perempuan Jawa yang lahir di tengah keluarga miskin, dan perjuangan perempuan tersebut sehingga menjadi orang yang dengan status ekonomi yang berkecukupan. Selain menceritakan tentang pengelaman hidup, seksualitas, dan keluarga, sang penulis juga menyisipkan mengenai isu 1965 (PKI).

 

Ternyata ada 8 buku yang saya baca di tahun 2014 ini, meskipun ada buku-buku lainnya yang saya baca juga namun belum sempat saya selesaikan 😀

Share: