Sebagai manusia hendaklah memiliki keterampilan dalam menyelamatkan diri, keterampilan ini yang sebaiknya diajarkan kepada anak-anak. Hal ini menjadi krusial dalam parenting di masa anak-anak, karena mereka belum memahami konsep bahaya. Anak memiliki dorongan untuk bergerak bebas dan mencoba beragam hal baru, dan ini yang menjadi tantangan orang tua dalam upaya membantu anak-anak untuk menguasai keterampilan dalam menyelamatkan diri.
Orang tua perlu membangun kebiasaan untuk tidak asal melarang. Secara prinsip sikap ini perlu dihindari demi memastikan proses parenting dapat mendukung anak dalam membangun pribadi yang sehat. Karena kebiasaan asal melarang akan membuat anak menjadi semakin penasaran, sehingga dorongan rasa ingin tahunya menjadi semakin kuat. Apalagi jika larangan tersebut berupa kata “jangan”, ini yang seringnya aku dan suami ucapkan untuk melarang anak. Apakah hasilnya efektif pada anak? Ternyata tidak juga, biasanya anak malah menjadi bingung dengan perintah larangan tersebut.
Melalui diskusi dengan Psikolog Toge Aprilianto mengenai penggunaan kata “jangan”, aku jadi paham bahwa larangan yang berupa kata “jangan” malah membuat kata yang mengikutinya jadi bermakna negatif atau kebalikan yang secara fisiologis bertentangan dengan cara kerja otak untuk mengolah informasi. Karena otak tidak mengenal instruksi atau perintah negatif, sehingga misalnya ada instruksi “jangan lari” akan tetap dipahami sebagai “lari”.
Untuk lebih jelasnya, coba kita praktikkan perintah “jangan buka mata”.
Dari situ apa yang biasanya kita lakukan?
Betul, yang kita lakukan adalah menutup mata, bukan melakukan aktivitas tidak membuka mata.
Sebetulnya, itu berarti kita tidak menjalankan perintah, karena kita melakukan aktivitas berbeda dari isi perintah. Hal ini terjadi karena kita terbiasa memaknai perintah “jangan buka mata” sama dengan perintah “tutup mata”, bukan karena kita mengerti bagaimana menjalankan perintah “jangan buka mata”. Masalahnya, kita memang tidak akan bisa memahami secara akurat, apa maksud perintah “jangan buka mata”. Otak kita tidak dapat mengolah perintah seperti itu, karena kerja otak memang tidak mengenal bahasa negatif.
Kalau orang dewasa mampu memahami perintah itu sebagai sama dengan perintah “tutup mata”, itu karena orang dewasa sudah terbiasa dan menguasai pola komunikasi yang melibatkan kemampuan memahami konsep abstrak. Maka dari itu, sebaiknya kita tidak menggunakan kata “jangan” terhadap anak yang belum memiliki kemampuan memahami konsep-konsep abstrak.
Jadi menurut aku, akan ada waktunya manusia akan memahami konsep abstrak.
[…] Baca Selengkapnya […]
Bener banget mbak, anak-anakku kalau dilarang dengan kata “jangan” bukannya nurut malah makin menjadi.
malah bikin dia melakukan larangan itu ya mbak
Sedang mencoba menghindari kata Jangan disaat anak lagi aktif2nya bergerak kesana kemari, kadang bikin capek hati juga sih mba, semoga saya bisa istiqomah ya ^_^
bismillah Mbak, kita jadi orang tua harus banyak belajarnya ya 🙂