Masa Berburu
Dalam sejarah biologis manusia, sekolah merupakan institusi yang baru. Selama ratusan ribu tahun yang lalu, bahkan sebelum budaya pertanian muncul, manusia hidup sebagai pemburu dan pengumpul. Hal ini terlihat dari bukti-bukti Antropologi bahwa anak-anak dalam masa ini belajar apa yang perlu mereka ketahui untuk menjadi orang dewasa yang efektif, melalui permainan dan eksplorasi yang mereka lakukan sendiri. Dalam diri anak-anak teradapat dorongan kuat untuk bermain dan bereksplorasi untuk memenuhi kebutuhan pengetahuannya. Orang dewasa dalam masa ini memberikan kebebasan tak terbatas kepada anak-anak mereka untuk bermain dan berekplorasi sendiri karena mereka mengakui bahwa kegiatan itu adalah cara alami mereka untuk belajar.
Setelah membaca buku karya Toge Aprilianto yang berjudul “Saatnya Melatih Anakku Berpikir”, aku tertarik ketika ia pembahasan keterampilan hidup: berkarya.
Aku setuju dengannya yang menulis bahwa “bila orang tua berharap anak mampu untuk berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) atau menjadi pribadi yang mandiri, maka orang tua perlu membantu anak-anak jadi terbiasa berusaha mendapatkan sesuatu dengan usahanya sendiri, bukan hasil meminta apalagi mencuri atau bahkan membunuh”.
Dalam proses tumbuh-kembang anak, pemahaman tentang keterampilan hidup merupakan sesuatu yang harus dikuasai oleh anak agar potensi yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Pada masa tumbuh kembang inilah orang tua memiliki peran penting untuk menjamin anak mereka memiliki keterampilan hidup yang memadai.
Tanpa memiliki keterampilan hidup yang memadai, seorang manusia tidak akan siap memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya untuk menghadapi setiap peristiwa dalam kehidupan. Padahal, manusia memerlukan seluruh potensi yang dimiliki agar dapat menjalani kehidupan dengan nyaman.