Dulu waktu kuliah, saya sempat mendapat tugas kelompok tentang layanan yang ada Rumah Sakit. Saat itu kelompok kami memilih tema tentang layanan persalinan dengan metode water birth di Rumah Sakit. Persalinan dengan metode water birth ini memang sempat marak di tahun 2008, namun sayangnya karena menjadi kontroversi, maka di tahun-tahun berikutnya layanan ini ditutup.
Dari tugas kuliah itu saya tertarik untuk melahirkan dengan metode water birth, tapi sulit sekali untuk mendapatkan layanan ini. Sampai suatu ketika, saya bertemu dengan Bidan yang bisa membantu saya untuk bisa melahirkan dengan metode water birth.
Ini cerita singkat saya mengenai pengalaman dalam persalinan dengan metode water birth:
30 Juli 2016
Kalau menurut HPL (Hari Perkiraan Lahir), tanggal ini menjadi tanggal saya melahirkan. Tapi nyatanya? Tanda-tanda ingin melahirkan belum juga muncul. Namun karena support suami yang luar biasa, saya tidak resah karena persalinan telah lewat HPL.
31 Juli 2016
Orang tua saya sudah was-was karena saya belum merasakan kontraksi. Pasalnya, Ibu saya memiliki pengalaman buruk selama melahirkan anak-anaknya. Jadi tidak heran kalau orang tua saya menjadi sangat khawatir. Apalagi beliau tahu bahwa saya memutuskan tidak melahirkan di Rumah Sakit melainkan di Klinik Bidan. Sebagai cara untuk memancing kontraksi alami, Ibu saya membuat juice buah nanas untuk saya minum.
1 Agustus 2016
Setelah meminum juice nanas yang segar, apakah cara memancing kontraksi alaminya berhasil? Ternyata tidak. Saya belum merasakan kontraksi dan kandungan saya masih tenang-tenang saja. Lalu saya ingat bahwa Bidan saya (Budhe Erie) pernah berkata kalau buah durian bisa memancing kontraksi alami. Jadi, di malam harinya saya memakan buah durian sebanyak 2 biji. Untungnya ini buah kesukaan saya 😀
2 Agustus 2016
Setelah makan buah durian, apakah cara ini berhasil? Saat itu saya belum tau, tapi di pagi harinya memang saya merasakan nyut-nyutan di area paha dan pantat. Hanya saja saya tidak tahu apa ini yang namanya kontraksi atau bukan. Sore harinya memang jadwal saya untuk bertemu dengan Dokter SpOG (dr. Musa, SpOG) untuk USG. Sebenarnya saya baru memutuskan ke dokter di usia kandungan masuk 7 bulan, dan itu hanya untuk USG saja. Sesampai di ruang dokter, saya sempat USG dan hasilnya janin bagus, lalu saya disarankan untuk CTG karena perut mulai kencang saat dipegang. Dari hasil CTG diketahuilah bahwa ternyata rasa nyut-nyutan yang saya alami sedari pagi adalah kontraksi dan itu berlangsung rutin. Karena kontaksi rutin maka saya diperiksa dalam (VT) dan hasilnya ternyata sudah pembukaan satu. Alhamdulillah. Setelah itu kami kembali pulang ke rumah dan mempersiapkan barang-barang untuk dibawa ke Klinik Bidan.
Karena kontraksi rutin (5-1-1), kontraksi berjarak 5 menit – berdurasi 1 menit – berada dalam pola yang sama selama 1 jam, akhirnya kami memutuskan untuk ke Klinik Bidan tengah malam. Sesampai di Klinik Bidan Erie, pembukaan demi pembukaan saya alami.
3 Agustus 2016
Selama kontaksi, Bidan dan asistennya mulai mempersiapkan kolam besar dan air hangat untuk tempat saya melahirkan. Namun karena pembukaan belum lengkap, maka saya tidak diperbolehkan masuk ke dalam kolam yang berisikan air hangat. Hal ini dikarenakan akan membuat saya nyaman sehingga kontaksi tidak berjalan dengan lancar yang menyebabkan pembukaan terhenti. Setelah kurang lebih merasakan kontaksi selama 10 jam, akhirnya saya pembukaan lengkap dan dipersilahkan untuk masuk ke dalam kolam. Alhamdulillah, ketika saya sudah mulai berendam rasanya nyaman sekali, seperti rasa pegal-pegal di tubuh tidak terasa lagi saat itu.
Tugas saya setelah masuk ke dalam kolam adalah membantu bayi saya untuk bisa keluar. Pelan-pelan, atur nafas, gonta ganti posisi sampai menemukan posisi yang pas untuk melahirkan. Akhirnya saya memilih posisi jongkok untuk melahirkan. Berusaha untuk tetap fokus pada nafas, sambil merasakan dorongan kuat dari kepala bayi, yang pada akhirnya saya merasakan kepala bayi yang keluar dan diikuti dengan tubuhnya dengan cara memutar. Bagaimana rasanya? Geli menurut saya. Iya saya merasakan geli saat mengeluarkan bayi saya apalagi saat badannya keluar memutar. Subhanallah.
Setelah bayi keluar, dan langsung saya peluk. Seketika itu juga bayi saya buang air besar, hitam sekali warnanya. Yang saya tahu, jika bayi sudah buang air besar ketika masih berada di rahim Ibu, itu yang membuat air ketuban menjadi keruh (biasanya orang-orang bilang kalau air ketubannya hijau).
Saat keluar bayi saya tidak menangis, semoga dia benar-benar merasakan kedamaian dan kenyamanan ketika keluar dari rahim saya. Untuk bisa membuat dia menangis, Bidan mencubit kakinya dan akhirnya dia menangis meskipun tidak lama.
Setelah bayi keluar di dalam kolam, saya keluar kolam dan berjalan ke kasur (posisi kasur di samping kolam), guna mengeluarkan plasenta. Jadi karena plasenta belum keluar di kolam maka kondisi kolam tidak penuh dengan darah, air kolam tetap jernih. Bidan mengeluarkan plasenta berbarengan dengan saya melakukan IMD ke bayi, jadi tidak terasa nyeri ketika plasenta keluar.
Saya melakukan IMD selama 1 jam, setelah itu bayi saya baru dibawa oleh Bidan untuk dibersihkan. Namun karena di birth plan saya memilih untuk menunda pemotongan tali pusat, jadi tali pusat bayi saya tidak dipotong. Kurang lebih selama enam jam sampai terlihat denyut berhenti di plasenta, baru suami sendiri yang memotong tali pusat tersebut dengan bimbingan Bidan melalui cara dibakar talinya bukan dipotong.
Baca juga: Cerita Kehamilan Pertama: Persiapan Menyambut Buah Hati
Seperti itulah cerita singkat persalinan saya yang menggunakan metode water birth, semoga menjawab keingintahuan Anda. Silahkan kontak saya untuk pertanyaan lebih lanjut.
Klinik Bidan Erie Tiawaningrum
Alamat: Kampung Utan Jaya No. 46, Citayam
(Dekat dengan Stasiun Citayam, lokasi di seberang pabrik tahu)
Biaya Pendaftaran: Tidak ada.
Biaya Konsultasi: Rp. 100.000,-
(jika usia kehamilan di atas 20 minggu bisa ikut yoga di tiap kedatangan tanpa tambahan biasa konsultasi)
Biaya Persalinan Water Birth di Klinik: Rp. 7.000.000,-
(sudah termasuk menginap 3 hari 2 malam, makan, pijat pasca-persalinan, membersihkan bayi, dan lainnya)
Thank you mbak sharingnya. Saya juga berniat melahirkan di bidan. Cukup sulit untuk meyakinkan keluarga mengenai Birth plan ini. 🙂 Sayangnya lokasi bidan Erie agak jauh dari tempat saya
Iya Mbak, jaman sekarang memilih untuk melahirkan di Bidan seperti sesuatu yg ketinggalan jaman. Aku saja awalnya hanya didukung oleh suami & berbekal “nekat” dgn penuh percaya diri. Akhirnya setelah membuktikan, keluarga jadi bisa nerima 😉