Montessori Adalah Gaya Hidup, Tidak Sekedar Mainan Sensori

“Anak terlahir sebagai kertas kosong dan kita (sebagai orang tua dan lingkungan) yang bisa bebas menuliskan warna di dalam kehidupannya.”

Apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut?

Filosofi Montessori

Menurut pemikiran Montessori, ketika manusia mulai menjadi janin di dalam rahim seorang Ibu, sesungguhnya janin tersebuit sudah menjadi spiritual embrio yang mana janin tersebut diciptakan sudah dengan segala sesuatu yang dipersiapkan untuk kedatangannya ke muka bumi. Ketika bayi lahir ke dunia, sesungguhnya bayi tersebut sudah memiliki potensi, jadi tinggal bagaimana orang tua mengasahnya untuk menjadi “seseorang”. Spiritual embrio ini nantinya akan dikonstruksikan atau dibentuk menjadi self construction yang terbentuk setelah bayi lahir. Hal ini yang menjadi bekal anak untuk menghadapi dunia.

self construction

Self construction atau dikenal dengan pembentukkan diri ini terdapat pada tiap anak setelah dilahirkan. Dari dalam diri seorang anak terdapat dua aspek pembentukkan diri, yakni dari aspek internal dan aspek eksternal. Kedua aspek inilah yang mengolaborasi untuk membentuk keperibadian, cara berpikir, sikap dan tingkah laku sehingga seorang anak untuk menjadi “seseorang” pada akhirnya.

Aspek Pembentukkan Diri
Montessori membedakan dua aspek dalam pembentukkan diri seseorang, yakni aspek internal dan aspek eksternal.
Aspek internal:

  1. Potensi anak
    Di dalam bahasa Montessori adalah 8 Potential Psychic Patterns (8 PPP), delapan potensi anak inilah yang sudah menjadi fitrah anak yang butuh difasilitasi untuk dapat dikeluarkan sehingga nantinya akan tersebut dapat menjadi yang dicita-citakan. Delapan hal yang menjadi modal bagi seorang anak untuk bisa menghadapi dunia ini, yakni:a) Law of work
    Pada prinsipnya anak itu senang bekerja, karena bagi anak melakukan pekerjaan itu adalah sebuah permainan. Jadi tidak perlu melakukan paksaan pada anak, karena anak-anak usia 0-6 tahun sangat butuh bermain dengan sangat banyak, dan apapun bisa menjadi mainan baginya, seperti membereskan mainan, menyapu, mengelap kaca, dan sebagainya.b) Development of imagination and creativity
    Anak-anak senang berimajinasi dan pada prinsipnya anak itu adalah individu yang kreatif. Hal ini terlihat bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar dapat mereka khayalkan menjadi sesuatu yang mereka inginkan, seperti ide anak yang menjadikan sarung seperti sayap super hero, duduk di guling yang seolah-olah sedang menunggang kuda dan sebagainya.c) Power of attention
    Anak-anak memiliki fokus dan perhatian, mereka suka sekali meperhatikan segala sesuatu bahkan hingga detail dikarenakan rasa keingintahuan anak-anak sangat besar dan banyak.d) Development of emotional and spiritual life
    Setiap anak berkembang secara emosi dan spiritual dalam sepanjang hidupnya. Jadi pada prinsipnya, ketika seorang anak lahir sudah memiliki potensi yang secara spiritual berkembang. Hal ini merupakan waktu yang tepat untuk mengajarkan anak-anak bagaimana dia berempati, beribadah, dan melakukan hal-hal yang tidak merugikan orang lain.e) Stages of growth
    Tahap perkembangan anak atau biasa dikenal dengan istilah development milestones, dimana anak-anak sudah memiliki tingkatan dalam tahapan perkembangannya. Seperti tahapan anak untuk merangkak, berjalan, berbicara, menulis dan membaca.f) Law of independence
    Pada prinsipnya, anak-anak senang menjadi individu yang mandiri, mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa berdiri di atas kaki sendiri dan memang merupakan individu yang diciptakan untuk bisa melakukan segalanya dengan sendiri. Jika kita amati, biasanya anak-anak tidak ingin kalau apa yang mereka ingin lakukan sendiri dikekang atau dilarang oleh orang tua yang pada akhirnya mereka malah dipermudah dengan layanan yang diberikan oleh orang tua, padahal pada dasarnya anak-anak ingin melakukannya sendiri. Contohnya seperti anak yang ingin makan sendiri, namun dengan alasan lama dan berantakan pada akhirnya orang tua menyuapinya; anak yang ingin memakai pakaiannya sendiri; menuangkan minumannya sendiri; dan sebagainya. Jadi, apakah kita para orang tua sudah memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemandiriannya?

    g) Development of intelligence
    Pada prinsipnya anak berkembang menjadi individu yang memiliki kecerdasan, memiliki kemampuan memecahkan masalah, dan mereka juga memiliki kemampuan untuk menganalisa segala sesuatu.

    h) Development of will Anak-anak sangat ingin melakukan segala sesuatu, maka hargailah keinginan mereka dan berilah kesempatan mereka untuk eksplorasi.

    “Free the child’s potential, and you will transform him into the world.”
    dr. Maria Montessori

  2. Absorbent mind
    Anak memiliki kemampuan untuk menyerap segala sesuatu dari lingkungannya. Pada periode absorbent mind, layaknya seperti spons yang mudah menyerap apapun yang ada disekitarnya baik itu bersih maupun kotor. Anak pun juga seperti itu, mereka akan menyerap semua hal baik itu baik maupun buruk. Menurut Montessori, periode ini hanya ada pada usia 0-6 tahun dengan dibagi menjadi dua periode, yakni:a) Unconcious (0-3 tahun)
    Dikarenakan layaknya spons, anak benar-benar menyerap apapun yang ada di lingkungannya. Kemarahan, tingkah laku, gaya hidup, kosa kata atau ucapan, pemikiran, dan bahkan kecemasan, semua hal yang baik maupun yang buruk diserap oleh anak pada periode ini. Mungkin Anda pernah mendangar nasehat orang tua bahwa ketika tidak sedang bersama anak, seorang Ibu tidak perlu terlalu mencemaskan anaknya karena hal tersebut akan membuat anak jadi ikut cemas juga sehingga anak menjadi rewel. Ini dikarenakan lingkungan adalah bagian dari dirinya.b) Subconcious (3-6 tahun)
    Pada rentang usia 3-6 tahun, anak sudah mulai memiliki kesadaran. Jadi mereka menyerap dengan kesadarannya khususnya dalam melakukan sesuatu. Hal-hal yang menurut mereka menarik dan penting menurut mereka akan diserap, dan yang tidak menarik dan tidak penting akan ditinggalkan.Di sini pembentukkan karakter anak melalui interaksi dengan lingkungan merupakan sesuatu yang sangat penting. Contohnya ketika anak dibesarkan dengan orang tua dengan karakter terburu-buru, berantakan, ceroboh, berkata atau ucap kasar, maka akan mudah diserap anak. Dari sinilah orangrua harus hati-hati dan memperbaiki diri demi karakter anak. Selain itu, anak butuh pengalaman kongkrit, jadi mereka seharusnya berinteraksi dengan segala sesuatu yang sebenarnya. Di era digital seperti saat ini, sebaiknya anak usia 0-3 tahun tidak dikenalkan dengan hal-hal yang tidak penting untuk tumbuh kembang mereka dan sebisa mungkin tidak ada screen time.

    “Everything you say to your child is absorbed, catalogued and remember.”
    dr. Maria Montessori

  3. Sensitive period
    Ini merupakan periode sensitif yang dimiliki setiap anak dalam rentang perkembangannya, periode ini yang akan membantu anak untuk belajar segala sesuatunya dengan mudah.
    1-2 tahun anak sensitif terhadap keteraturan, maka dari itu orang tua disarankan untuk tidak pindah-pindah tempat tinggal, tidak gonta-ganti pengasuh, dan bahkan diharapkan orang tua tidak bercerai karena anak akan mudah tergoncang dan memiliki trauma.
    1,5-3 tahun anak sensitif terhadap panca indera yang dimilikinya, mereka akan eksplore dengan panca inderanya.
    2-2,5 tahun anak sensitif terhadap benda-benda berukuran kecil. Menurut Psikolog Ulfa Budiasih mengatakan bahwa orang tua lebih baik tidak melarang namun mengawasi anak, karena kemungkinan benda-benda kecil tersebut akan masuk ke hidung, mulut, atau telinga yang berakibat membahayakan keselamatannya. Karena ketika anak-anak sedang berinteraksi dengan benda-benda kecil, mereka sedang mengembangkan kemampuan berpikir secara detail. Mungkin hal yang kita anggap sepele ini sebenarnya akan berpengaruh di masa depannya, seperti orang (anak) tersebut menjadi kurang teliti dan tidak melihat sesuatu secara detail, mengabaikan hal-hal detail karena ketika kecil anak tersebut dilarang untuk mengamati sesuatu secara detail. Contohnya saya sendiri yang kurang teliti jika diminta untuk menandatangi surat pernyataan atau persetujuan, saya jangan sekali bahkan tidak pernah membaca keterangannya terlebih dahulu. Mungkin ketika kecil saya sering dilarang mengeksplorasi benda-benda kecil. Periode sensitif terhadap benda kecil itu singkat namun periode ini diperlukan anak, pahami dan tidak perlu melarang anak berinteraksi dengan benda kecil karena tugas orang tua sebaiknya mengawasi anak ketika sedang berinteraksi dengan benda kecil.
    0-3 tahun anak sensitif terhadap bahasa, ketika anak berusia 0-3 tahun mereka sedang menyerap berbagai kosa kata. Kita dapat melihat dari bagaimana mereka bicara, dan bagaimana mereka mendengar. Maka eksplorasi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa harus ditingkatkan, seperti melalui cerita, membacakan dongeng, dan membacakan buku. Orang tua bisa menambahkan kosa kata ke anak dengan cara menjelaskan nama-nama benda yang akan digunakannya, contohnya ketika ingin makan maka disebutkan bahwa di meja makan ada piring, gelas, sendok, garpu, dan sebagainya sambil menunjukkan bendanya.
    2,5-6 tahun anak sensitif terhadap kehidupan sosial, di usia ini anak sedang senang-senangnya bermain, senang bergaul dengan temannya karena anak butuh bermain dengan anak seusianya, untuk itu orang tua sebisa mungkin mengondisikan lingkungan yang ramah terhadap anak.

    “The sensitive period it comes for a moment but its benefits last for a lifetime.”
    dr. Maria Montessori

Aspek eksternal:

  1. Prepared environment (lingkungan yang dipersiapkan)
    Freedom : Jika oramgtua sering mengatur anak maka anak tidak akan menjadi individu yung bebas dan mandiri. Hal ini akan berpengaruh ke masa depannya ketika anak sedang mendapatkan pilihan-pilihan di dalam hidupnya. Untuk itu, tugas orang tua adalah mempersiapkan anak untuk lepas darinya, lepas dari kehidupan. Meskipun anak diberikan kebebasan, namun kebebasan tersebut ada batasannya, anak tidak boleh merugikan diri sendiri, tidak boleh merugikan orang lain dan tidak boleh merusak lingkungan.
    Structure and order : Ketika meletakan benda-benda yang biasa digunakan anak, benda tersebut diletakkan pada tempat yang sama dan jangan seringkali dipindah-pindah karena dapat membuat anak-anak menjadi bingung ketika sedang mencarinya kembali, jadi segala sesuatu harus teratur.
    Realita dan alam : Segala sesuatunya harus nyata dan alami. Anak boleh berimajinasi, namun sebisa mungkin tidak berfantasi. Di sini peran orang tua harus bijaksana dalam menyikapi mana yang baik dan yang tidak baik untuk.
    Atmosfer dan keindanhan : Lingkungan harus indah, rapih, teratur, dan nyaman untuk dilihat anak-anak.
    Material Montessori : Biasanya orang-orang akan menganggap bahwa material yang digunakan dalam Metode Montessori itu harganya mahal, namun sebenarnya yang terpenting dalam metode ini bukan dari material atau aparatusnya melainnya filosofi dari metode ini. Montessori adalah gaya hidup, tidak perlu aparatus mahal karena yang penting ada media yang bisa digunakan untuk practical life. Keterampilan dan kekreatifitasan orang tua juga diasah karena orang tua bisa membuat aparatus sendiri.

    “The environment must be rich in motives which lend interest to activity and invite the child to conduct his own experiences.”
    dr. Maria Montessori

    Lingkungan ini kaya akan dorongan-dorongan yang membuat anak itu bergerak dengan sendirinya dan merangsang minat anak itu sendiri untuk melakukan berbagai aktivitas, mengasah pengalamannya, jadi lingkungan yang seperti itulah yang dimaksudkan oleh Montessori. Sebuah lingkungan yang merangsang anak untuk bertumbuh dan berkembang.

  2. Freedom (kebebasan)
    Bebas bergerak : Anak-anak seharusnya memiliki kebebasan untuk bergerak, berjalan, berlari, melakukan segala sesuatunya sendiri. Anak tidak harus duduk diam dalam jangka waktu yang lama, karena itu akan membosankan bagi anak. Dalam tata ruang khususnya di rumah, sebaiknya ruang rumah tidak perlu banyak perabotan yang tidak diperlukan anak apalagi jika itu membahayakan anak. Hal ini dibuat agar anak bisa bebas bergerak di dalam rumah, disediakan atau difasilitasi segala sesuatunya yang mudah dijangkau anak agar dapat mengasah kemandiriannya.
    Bebas memilih : Beri anak kebebasan dalam memilih, contohnya dalam memilih pakaian yang akan digunakan setelah mandi, biarkan anak bebas memilih pakaian yang akan dipakainya, dengan catatan pakaian-pakaian tersebut disusun berdasarkan jenisnya seperti pakaian tidur, pakaian rumah dan pakaian untuk pergi. Kegiatan ini melatih kemandirian untuk bekal ketika besar nanti, mereka jadi tahu baju-baju yang cocok dengan situasi tertentu.
    Bebas berbicara : Anak diberikan kesempatan untuk berbicara atau mengungkapkan pendapatnya, jadi ketika anak mengeluarkan pendapatnya, sebagai orang tua tidak boleh menghambat bahkan melarang anak untuk berbicara atau berpendapat. Jika orang tua menghambat bahkan melarang anak berbicara atau berpendapat, efeknya akan mematikan rasa keingintahuan anak.
    Bebas bertumbuh : Anak seharusnya diberi kebebasan untuk bertumbuh, karena dengan tumbuh kembang yang baik maka anak akan bertumbuh sesuai dengan usianya. Orang tua sebaiknya mengondisikan lingkungan yang sehat untuk anak, sebisa mungkin anak tidak diperdengarkan dengan kosa kata orang dewasa karena kata tersebut akan diserap dan diucapkan oleh anak tanpa dia mengetahui makna dari kata tersebut. Tontonan, perkataan, pergaulan dan sebagainya yang memiskinkan dunia anak sebaiknya dihindari, biarkan anak berbahasa layaknya anak-anak.
    Bebas dicintai dan mencintai : Anak merasa dicintai dan mencintai, mereka seharusnya merasa bahwa semua orang yang ada di lingkungannya itu menyayanginya dan mereka juga bebas untuk menyayangi. Maka dari itu, tidak perlu sungkan untuk mengungkapkan rasa sayang ke anak.
    Bebas dari bahaya : Anak harus bebas dari bahaya, dilihat dari lingkungan sekitar, kira-kira apa yang dapat membahayakan anak dan hal itu harus cepat diatasi untuk menciptakan situasi yang aman baik secara psikis maupun fisik. Catatan penting untuk orang tua agar tidak mengeluarkan kata-kata yang memojokkan anak, tidak membentak anak, tidak mengeluarkan intonasi yang tinggi. Hal tersebut tidaklah mudah dilakukan oleh orang tua, namun sebagai orang dewasa harus berjuang dan berubah demi anak-anak supaya mereka tetap merasa aman, nyaman dan hidupnya menjadi berarti.
    Bebas dari kompetisi : Anak di usia 0-6 tahun bukan periode untuk berkompetisi, anak di rentang usia 0-6 tahun harus bebas dari kompetisi. Orang tua harus menghindari dalam membanding-bandingkan anak. Tugas perkembangan anak untuk usia di bawah 6 tahun bukanlah kompetisi. Ericson seorang tokoh perkembangan psikologi merumuskan bahwa anak usia 6-12 tahun berada pada krisis perkembangan industry vs inferiority. Di rentang usia inilah seharusnya anak diikut sertakan dalam berbagai pertandingan sehingga memunculkan rasa percaya diri di dalam kehidupan anak.
    Bebas dari tekanan : Anak tidak boleh tertekan.

    “A child needs freedom within limits.”
    dr. Maria Montessori

  3. Role model
    Orang dewasa yang berada di sekitar anak akan menjadi contoh yang nantinya akan ikut membentuk diri anak. Proyeksikan diri kita ketika melihat anak, karena anak merupakan cerminan dari orang tua. Janganlah menuntut anak untuk tidak menjadi pribadi yang pendiam jika ternyata kedua orang tuanya merupakan orang-orang yang pendiam. Jadilah “the grown adults”, sadari bahwa yang bertumbuh dan berkembang bukan hanya anak namun kita sebagai orang dewasa juga hartus bertumbuh, terus belajar dan terus memperbaiki diri.

    “It is not enough for the teacher to love the child. She must first love and understand the universe. She must prepare herself, and truly work at it.”
    dr. Maria Montessori

Area dalam Montessori:

  1. Keterampilan hidup praktis
    Hal ini merupakan aktivitas sehari-hari di rumah, seperti aktivitas menuang, menyendok, menyapu, membersihkan rumah, membersihkan kaca, merawat diri, berpakaian , dan sebaginya.
  2. Sensorial
    Segala sesuatu yang merangsang indera anak-anak. Kegiatan ini dapat dibuat sendiri di rumah seperti memperkenalkan bau-bauan, gradasi warna, suara atau bunyi, dan macam-macam tekstur yang dapat disentuh.
  3. Bahasa
    Area ini tidak hanya mencakup anak-anak bisa menulis dan membaca saja, namun lebih bagaimana anak-anak mengetahui bahwa benda-benda tersebut memiliki nama. Dengan memperkenalkan nama-nama tersebut kepada anak maka akan menambah kosa kata yang dimiliki anak.
  4. Matematika
    Matetatika tidak hanya sekedar berhitung tetapi bagaimana anak dapat berpikir logis, dapat mengestimasi, ada perbedaan bentuk, dan geometri.
  5. Budaya
    Area ini mencakup tentang:
    History (sejarah), contohnya seperti apa yang dilakukan anak dari bangun tidur sampai ia akan tidur lagi, diperkenalkan hari ulang tahunnya, dan sebagainya;
    Botany (tumbuhan), contohnya seperti belajar mengenai tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga, dan sebagainya;
    Zoology (hewan), contohnya seperti hewan liar, peternakan, perikanan, dan sebagainya;
    Geography (ilmu bumi), contohnya seperti gunung, sawah, danau, dan sebagainya.

Tulisan ini hasil dari diskusi grup dengan Psikolog Ibu Ulfa Budiasih, S.Psi (Founder Happy Kiddie Montessori Daycare)

Share: